Istriku Ternyata Eksibionis 6 : Kepuasan Tertinggi

Sekiranya aku terbangun dari tidur panjang pukul 16.00 siang hari pada hari minggu, saya melihat istri saya tidak ada di ranjang sebelahku. Dan sepertinya ia tidak tidur di kamar karena posisi seprei ranjang tidak berubah, apakah ia tertidur di depan lagi? Sayapun mengumpulkan tenaga untuk bangkit keluar kamar. Saya mendapati rumah dalam keadaan terkunci rapat dan tidak melihat adanya tanda-tanda istri saya di rumah. Kemanakah ia pergi? Makanan juga belum disediakannya biasanya di meja makan selalu ada makanan. Mengapa kali ini tidak ada makanan? Saya melihat-lihat kesekeliling rumah dan tidak juga mendapati istri saya. Saya memutuskan untuk mandi dan membersihkan badan terlebih dahulu baru melanjutkan mencari istri saya. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 sore hari. Saya melihat kunci rumah dibawa oleh istri saya. Saya mengambil kunci cadangan dan keluar rumah, apakah ia pergi ke warung atau pasar. Saya tidak tahu ke mana ia pergi. Namun, saya mencari ke arah warung tidak ada tanda-tanda Yola istriku. Sayapun memutuskan untuk berjalan ke arah rumah Pak Bayu yang letaknya agak ke belakang dari desa ini. Namun, perjalanan rumah pak bayu cukup jauh karena letaknya agak terpisah dengan kompleks desa ini. Dan jika kalian tahu rumah desa yang terbelakang seperti ini jaraknya sangat jauh-jauh. Sekiranya rumah Pak Bayu sudah terlihat di pandangan saya. Aku menguatkan hati dan berjalan melangkah ke arah rumah Pak Bayu bermaksud mengrebek mereka kali ini karena ini sudah kelewatan. Sekiranya beberapa kaki lagi mencapai rumah Pak Bayu, saya mendengar suara yola, istriku berteriak, “AAAHHHHH… OOOHHHHHHH… UHHHHHHHHH……” Darah sayapun langsung berdesir kencang, jantungku terasa berhenti, langkah kakiku rasanya berat sekali. Tetapi tetap ku usahakan untuk mengendap-endap ke rumah Pak Bayu yang tidak memiliki pagar itu. Rumahnya masih sangat kuno terbuat dari kayu. Terdengar lagi teriakan istriku, “AAAAAAAHHHHH…. SSSSSHSHHHHHHHHHH… IIIIISSSHHH… UUHHHHHH…. OOOOOUUGGGHHH…. PAKKKK MAMAAATTT…”

APAAA?!?!? PAK MAMAT?? Ada apa ini sebenarnya??? Saya mendengar istriku meneriakkan Pak Mamat??? Pikiranku hatiku sudah hancur berantakan. Tidak ada lagi yang dapat aku lakukan. Aku mengendap-ngendap seperti maling di rumah Pak Bayu. Mencari celah untuk mengintip, ternyata tidak usah dicari celah, dapat terlihat dengan jelas sekali dari posisi segini. Sekiranya 5-10 meter dari rumah Pak Bayu terlihat ada jendela dari kayu yang tidak ditutup, saya melihat di situ ada 3 insan yang telanjang tanpa mengenakan pakaian apapun. Istri saya terlihat sedang digenjot dari belakang oleh Pak Mamat sedangkan tangan istri saya sedang mengulum kemaluan Pak Bayu yang berdiri di depannya sambil Pak Bayu meremas-remas rambut istri saya. Saya mendengar Pak Bayu berkata, “mahhh… teriak saja sepuasnya di sini jangan malu-malu… kita jauh dari desa kok… tidak akan di tangkap Pak Mamat seperti waktu di rumah kemarin hehehe…” Istriku tidak menjawab malah berteriak lagi, “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……. …… SSSSSSSSSSSSSSSSSSSHHHHHHHHHHHHHHHHH……. OOOOOOOOOOHHHHHH…….. ENAAAKKKKKKKKKK…. IIIIYAAAAAHHHHHHHHH… ENAAKKKK…. SUKAAAAAAAAAAAAAA……” Hancur sudah hatiku rumah tanggaku hidupku. Tidak ada lagi yang dapat aku lakukan untuk menyelamatkan istriku ini. Sepertinya memang ia sendiri yang meminta ini semua terjadi. Aku pasrah tidak dapat berkata-kata. Aku berpikiran untuk menceraikannya. Tetapi senjataku, SENJATAKU BANGUN LAGI! Ah brengsek sekali. Mengapa di saat seperti ini senjataku bisa bangun? Lamunanku di hamburkan oleh Pak Mamat, “Ibu Yola… ibu Yola… suka ****** yah?” Sambil mempercepat genjotannya kepada istriku, istriku diam saja tidak menjawab karena sedang sibuk mengulum senjata pak bayu. Pak Bayu melepaskan senjatanya dan berkata kepada istriku, “ditanya tuh sama pak mamat kok diam saja?” Istriku menengok ke arah Pak Mamat dan berkata, “su…kaa… sshhh…” Pak Mamat berkata lagi, “Bu Yola, enakan mana saya sama Pak Naryo?” Istriku hanya diam lagi. Pak Bayu berpindah posisi ke sebelah Pak Mamat dan menampar pantat istriku, “PLAAAKKK” Sambil berkata, “Hayo jawab yang jujur mau saya berikan hukuman?” Istriku terpekik, “Aduuhh!!!” Tetapi istriku masih diam saja tidak menjawab pertanyaan itu, istriku masih menikmati genjotan Pak Mamat itu. “PLAAAKKKK” “Hayo jawab! Atau saya hukum lebih keras lagi”, teriak Pak Bayu. Istriku terpekik, “Aduhhh!! Ampuunnn sakittt!!!” Pak Bayu menampar lagi, “PLAKAKKK!! JAWAB!” Istriku akhirnya berteriak, “SAKITTTT… PAK MAMAAAATTT… LEBIH HEBAAAATTT… YOLAAA… SUKAAAAAA…. MAMAATTTT..” Pak Mamat melihat ke arah Pak Bayu sambil tertawa-tawa lepas karena kemenangan ini. JLEBBB!!!! Seperti ada sebilah Pedang menancap di jantungku. OH TIDAK!!! Keterlaluan sekali perbuatan mereka ini.

Hari terlihat sudah mulai gelap, waktu mungkin menunjukkan sudah pukul 18.00 karena saya tidak memiliki jam di sini. Lalu terlihat keadaan sekitar sudah sangat gelap, akupun tidak membawa senter. Pak Mamat masih asik menikmati istriku, dan juga sebaliknya istriku masih asik menerima genjotan pak mamat. Sedangkan Pak Bayu, berjalan ke arah luar untuk menyalakan petromax miliknya. Ia memang masih termasuk orang yang miskin di desa ini. Ia tidak memakai listrik untuk lampu. Ia menyalakan petromax dan lilin. Lalu, meletakkannya di dalam kamar perzinahan itu. Suara di sekitar sangat sepi, hanya suara jangkrik, kodok, dan suara desahan istriku, “aahahh…. sssshhh.. uuhhhh.. ooohhh…” Plok plok plok suara hantaman paha Pak Mamat ke pantat istriku. Dada 34 C milik istriku pun terus berguncang hebat. Pak Bayu sedari tadi hanya duduk menonton saja, namun dia mengambil inisiatif untuk mengambil lilin di sebelahnya. Dan ternyata… yang tidak di sangka-sangka oleh istriku bahkan aku. Pak Bayu meneteskan lilin itu di atas punggung istri saya. Tess… Istriku terpekik hingga terlepas dari genjotan Pak Mamat sambil menatap marah ke arah Pak Bayu. “Panasss…” begitu katanya. Namun, pak bayu mengatakan, “mah… mamah percaya aja deh sama papah… nanti mamah pasti suka…” Istriku masih kepanasan memegang punggungnya lalu tak lama kemudian menungging lagi memposisikan pantatnya terbuka lebar di hadapan Pak Mamat, mengharapkan Pak Mamat memasukkan senjatanya lagi. Dan baru kali ini aku melihat secara menyeluruh senjata Pak Mamat, bahwa ternyata senjata itu mirip Pak Bayu besarnya bahkan mungkin lebih besar, dan kali ini berwarna hitam. Tidak lagi hitam kecoklatan. Pantas saja istriku suka dengan senjata pak mamat daripada saya. Namun, Pak Mamat mengarahkan kembali senjatanya itu ke dalam vagina istriku yang menganga itu. Istriku terpekik pelan, “uhhhhh…” Pak Mamat mulai menggoyangkan pinggulnya secara perlahan namun pasti. Sekiranya istriku sudah merasa nyaman, Pak Bayu menumpahkan lilin itu lagi di punggung istriku. Tess… Istriku berteriak, “Panasss paahhh…” Tanpa menghiraukan kata-kata istriku, Pak Bayu meneteskan lagi lilin itu. Tess… “Aduhhh!!!” Istriku terpekik lagi tetapi lebih pelan dari sebelumnya. Lalu, tetesan selanjutnya terus di teteskan secara perlahan, istriku terpekik-pekik hanya tidak menolaknya, “Aaahhh… Awww.. duhhh… panass.. ahhh… oohhh… uhhh…” Tiba-tiba saja dikejutkan dengan Tamparan keras di pantatnya oleh Pak Mamat, “PLAKKK!!!” Istriku teriak kali ini, “ADUHHH!!!” Pak Mamat berkata, “ibu suka diginiin?” Istriku diam saja hanya mendesis, “ssssssshhhhhhhhhhhh………..”

“PLAKKK” sebuah tamparan keras dari Pak Mamat lagi untuk istriku. Istriku tetap diam dan mendesis, “ooohhhhhhh…….” Tetesan demi tetesan tamparan demi tamparan diberikan kepada istriku. Pak Mamat akhirnya berkata lagi, “Ibu suka diginiin?” Istriku tetap diam karena mungkin ia sebenarnya tidak suka perlakuan kasar seperti ini. Tetapi kalau tidak suka kenapa malah mendesis? Dalam batinku. “Plakkkk….” ternyata Pak Bayu berpindah ke depan muka istriku dan menampar wajahnya sambil berkata, “jawab kamu lonthe!” Istriku menatap marah ke arah Pak Bayu. Akupun menatap pak bayu sangat marah dari posisi ini. Itu istriku!!! Brengsek! Istriku ditampar lagi oleh Pak Mamat, “Jawabbb!!!” Plakkk ditampar lagi oleh Pak Bayu sambil di tetesi lilin panas itu. Pak Mamat mempercepat kocokannya, istriku melenguh, “ooooouuuuugghhhhhhhh……..” Plakkk… plakkk tamparan semakin keras dan sakit. Istriku berteriak, “SAKITT!! AMPUNNN. IYAAAHHH SUKAAAAAAAAAAA… SUKAAAAAA… SUKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…. SAKITTT…. ENAAAAAKKKKKKK!!!” Namun, Pak Bayu tetap menampar wajahnya, “Kenapa lama jawabnya lonthe?!” Istriku sedikit mengeluarkan air mata dan berteriak, “SUKAAAAAAA!!! AMPUNNN!!!! IYAAAA …. OUUGGHHH… AKU… LONTHEEE…. PUASSKAN AKUUUU… SIKSAAA AKUU… GAGAHI AKU… OHHHHHH….” Pak Bayu dan Pak Mamat tertawa keras sekali. Akupun tidak percaya akan kata-kata istriku itu. Pak Bayu menanyakan lagi, “mah… mamah mau menginap lagi di sini malam ini kayak tadi pagi?” HAHH?!?!? Jadi tadi pagi istriku tidur di sini? Pantas saja kamar ku kenapa masih bersih??? Apa sebenarnya yang terjadi ketika istri saya sedang mandi ber-dua dengan Pak Bayu??? Mengapa menjadi begini??? Lalu, istriku sambil ter-engah-engah berusaha menjawab, “oohhh… ahhh… uhhh… ja… ngan mass…” Terlihat Pak Bayu memberikan kode kepada Pak Mamat imtil terus menggenjot istri saya tanpa ampun, karena sepertinya ia akan segera klimaks. Istri saya pun sudah terlihat ingin mencapai orgasme nya. Namun, seperti biasa, Pak Bayu berengsek ini tidak begitu saja mengizinkan istriku mencapai orgasmenya, ia menampar pantat istriku lagi, Istriku yang sudah mendesis-desis hampir keluar, “AAHHH… Akuu… Mauu… Ke…. (Plakkk)… ADUUUH!!!! SAKITTT!!!” Istriku menengok memelas ke arah Pak Bayu dan berkata, “Pahhh… izinkan aku… ougghh… keluaarrr pahhh… ssshhhh… aku mohonnn…” Terlihat Pak Mamat, menggenjot istri saya semakin cepat dan heboh dari belakang, badan istri saya bergetar hebat, dadanya berguncang dan saling beradu kiri dan kanan. Tetapi Pak Bayu hanya cengengesan dan berkata, “Kalau kamu mau orgasme kamu harus menginap di sini malam ini.” Istriku langsung menjawab dengan lantang, “tapi mas naryo pahh tidak akan bisa pahh… jangan hari ini besok aku harus bekerja.” Tiba-tiba Pak Bayu mengambil lilin lagi dan meneteskannya kali ini di daerah pantat istriku, “Aduuhh panasssss!!!” Istriku berteriak kesakitan.

Pak Bayu hanya bertanya, “jadi apakah kamu mau menginap di sini malam ini?” Istriku menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus berguncang tubuhnya menerima tusukan Pak Mamat, karena memang dia harus pulang kalau tidak bagaimana dengan saya ataupun kerjaannya besok? Namun, Pak Bayu lagi lagi memberikan kode kepada Pak Mamat, Pak Mamat mempercepat lagi iramanya dan meremas-remas dada istri saya dari belakang. Pak Bayu menjambak rambut istri saya yang panjang itu ke arah belakang lalu bersiap-siap menampar pantat istri saya lagi. Sekiranya istriku akan segera mencapai orgasmenya lagi, “AAAHHHH… SSSHHHH… ENAAAAKKK… SUKAAAAa… BESAAAARRRR… TERUSSSHHH…” Tiba-tiba, PLAKK!!! Tes tes suara lilin ditaburkan di pantat yang di pukulnya. Istriku berteriak lagi, “GILA!!! SAKIT MASSS AMPUNN DONG JANGAN SIKSA BEGINIIII!!! SAKIT MASS… AKU INGIN KELUAR MASSS…” Istriku terlihat benar-benar marah atas perlakuan ini. Akupun merasa sangat marah sudah di ubun-ubun kepala. Pak Mamat sepertinya benar-benar sangat kenikmatan menyaksikan ini semua, lalu Pak Mamat tak lama berteriak, “OHHHHHHHH….” Tanpa basa basi bertanya kepada yola keluar di luar atau di dalam. Pak Mamat menghujamkan sedalam-dalamnya senjata miliknya itu ke dalam liang kewanitaan istriku dan, serrr…….. tumpah sudah lahar panas putih itu di dalam rahim istri saya. Istri saya terlihat sangat kecewa kepada Pak Mamat, sambil berkata, “jangan di dalaaammmm…. aduhhh… Pak Mamat gimana sihh!!!” Memang seperti yang kalian ingat bahwa istri saya dalam keadaan subur. Pak Mamat hanya tersenyum sambil berkata, “maaf bu, habis pantat ibu seksi sih.” Begitu saja katanya. Istri saya terkulai lemas di ranjang milik Pak Bayu sambil terengah-engah kelelahan melayani kedua pria ini. Lalu, tanpa membiarkan istriku beristirahat Pak Bayu menjambak rambut istri saya dan mengarahkan wajahnya ke arah senjatanya yang sudah layu untuk menyuruhnya mengulumnya. Istrikupun membuka mulutnya yang masih terengah-engah itu sedikit karena dia masih harus menarik nafasnya. Tetapi Pak Bayu dengan kasar langsung menjejali mulut istri saya yang seksi itu. Bagian-bagian tubuh istri saya yang saya banggakan adalah mulutnya yang seksi dan pantatnya yang bahenol. Yola, istriku terlihat gelagapan karena dijejali senjata hitam pak bayu. Namun, Pak Bayu tetap melanjutkan tusukan senjata kotornya ke arah mulut istri saya. Pak Mamat yang kelelahan sedang duduk di tikar di lantai belakang mereka. Sedangkan saya sudah mulai beronani sendiri menyaksikan aksi persetubuhan istriku ini. Setelah beberapa kali dengan kasar Pak Bayu menyodok-nyodokkan senjatanya ke mulut istriku. Senjata Pak Bayu sudah mulai keras lagi, ia mengarahkannya ke arah kemaluan istriku dari belakang lagi. Perlahan nanmun terpekik istriku merasakan nikmat di kemaluannya. Lalu, Pak Bayu mulai menggoyangkan kembali pinggulnya menghujam-hujamkan kemaluannya ke arah liang rahim istriku. Tanpa membutuhkan waktu yang lama karena mungkin istriku sudah sangat bernafsu ketika melakukan persetubuhan dengan Pak Mamat, istriku langsung mendesis-desis keenakan, “oougghhh…. uuhhhhhh…. hufffffhhh…. ssssshhhhhhh……..” Pak Bayu bertanya perlahan, “enak mah?” Istriku mengangguk-ngangguk sambil terus berguncang. Pak Bayu bertanya lagi, “nanti inap saya yah mah?” Istriku menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berguncang. Lalu, Pak Bayu terlihat agak sebal atas keangkuhan istriku ini, lalu ia menyuruh Pak Mamat mengambil lagi lilin itu. Lalu, meneteskannya di pantat istriku. Istriku kali ini tidak terpekik atau apapun dia hanya diam saja di tetesi lilin itu. Apakah sudah tidak merasakan sakit? Ataukah sudah di ambang kenikmatan? Istriku hanya mendesis-desis ringan, “ssshhhhhhh…. ohhhhssss……….. ihhhhhhhhhhhsssss…” Seusai itu, Pak Bayu ingin tetap mencari cara agar istriku dapat menginap lagi malam ini. Saya tidak tahu sekarang sudah pukul berapa karena saya tidak membawa jam. Yang pasti langit sudah sangat gelap mungkin sudah sekitar pukul 20.00 malam. Bisa dikatakan istriku berada di rumah Pak Bayu sudah hingga larut malam. Memang rumah pak bayu ini seperti pondok kecil yang cukup jauh dari pemukiman desa jadi sangat sepi di sini. Pak Bayu mengguncang-guncangkan istriku dengan sangat keras sekali hingga terdengar suara “plok plok plok” seperti paha mereka sedang beradu. Istriku merasakan kenikmatan tiada tara ia mendongakkan kepalanya ke atas sambil meremas memilin dan menarik putingnya sendiri tanpa ampun. Istriku mendesis kencang, “AHHHHH… SSSHHHH…. IYAAAHHH IYAHHHHH….” Tiba-tiba saja ketika istriku berada di puncak seperti itu, Pak Bayu melepaskan senjatanya. Istriku berteriak, “PAPAAAAHHHH!!! JANGANNN DONGGG!!! KU MOHONNNNNNNNNN!!!” Pak Bayu hanya tertawa dan Pak Mamat juga tertawa di sana. Namun, istriku yang terengah-engah melangkah turun dari ranjang mengejar kemaluan Pak Bayu dan menggenggamnya untuk dikulumnya namun Pak Bayu menghindari istri saya. Pak Bayupun berkata sambil berusaha menghindari kuluman istri saya, “jawab dulu, mau tidak inap di sini malam ini?” Istriku tetap mengejar kemaluan Pak Bayu yang keras itu, tetapi tidak menjawab apapun. Pak Bayu bertanya lagi, “jika ingin mendapatkan kepuasan lagi mamah harus ikut bersama kami ronda malam ini.” Istriku melotot ke arah Pak Bayu sambil berhasil mendapatkan kemaluan Pak Bayu dan langsung mengulumnya berkata sedikit, “tidak mau”. Lalu, Pak Bayu melepaskan lagi senjatanya dari mulut istriku. Istriku bernada sebal dan berkata, “aduh papah aku ga bisa besok harus kerja pahh lain kali deh bener.” Pak Bayu tetap berusaha mendapatkan istriku malam ini, “tidak papah maunya hari ini.”

Istriku namun berkata, “ya sudah aku pulang saja sekarang.” Namun, istriku beranjak berdiri dan mengambil dasternya siap memakaikannya ke pada tubuh telanjangnya dan ternyata istriku tidak membawa bra atau cd ke sini. Karena hanya memakai daster saja istriku langsung bersiap berjalan keluar rumah Pak Bayu. Namun, Pak Bayu menahan tangan istriku dan mencium bibir seksi istriku. Istriku nampak terhanyut lagi mereka saling berpangutan, mengulum lidah, mulut bibir, berbagi air liur. Nampak istriku sudah bernafsu sejak tadi sekarang semakin bernafsu. Daster istriku diangkat oleh Pak Bayu secara perlahan dan terlepaslah sudah kembali daster itu dari tubuh istriku. Sekarang nampaklah dua insan yang saling berpangutan ingin mendapatkan kepuasan dari persetubuhan. Lalu, Pak Bayu memberi kode kepada Pak Mamat untuk menyembunyikan daster istriku. Pak Mamat keluar dari rumah Pak Bayu dan menyembunyikan daster istriku itu di sebuah gentong di sekitar situ. Istriku masih terhanyut atas ciuman dan beberapa rabaan Pak Bayu terhadap tubuh istriku. Pak Mamat kembali dari luar ke arah dalam tanpa menutup pintu rumah itu, ia tertegun melihat pantat bahenol istriku yang terpampang di belakangnya. Pak Mamat nampak sudah bernafsu lagi, Pak Mamat kemudian segera bersiap melahap istriku lagi dengan melebarkan selangkangan istriku dan menjilati selangkangan istriku. Istriku nampak terhanyut atas aksi kedua pria ini. Istriku sudah lupa bahwa ia harus pulang karena sudah larut malam. Namun aku sendiri menyaksikan mereka dalam posisi ini sangat terhanyut atas nafsu dan kenikmatan. Darahku berdesir kencang sekali menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya di posisi apakah mereka akan melakukannya kali ini. Lalu, Pak Bayu melepaskan ciumannya dan mengulum dada istriku yang sudah sangat bernafsu ini. Dengan pintu pondok itu yang tetap terbuka sehingga semakin mudah saya melihatnya dari posisi ini. Pak Bayu memberi kode kepada Pak Mamat untuk menyingkir lalu menggandeng istriku keluar pondok sambil menoleh untuk memastikan keadaan sekitar apakah sepi. Setelah dirasa aman, istriku digandengnya ke arah samping pondok itu. Di situ ada meja yang biasa dipergunakan untuk duduk-duduk. Pak Bayu duduk di sana dan menyuruh istriku mengulum kejantanannya. Sedangkan Pak Mamat dari posisi belakang bersiap memasukkan lagi senjatanya ke dalam kemaluan istriku. Bless… masukklah sudah senjata Pak Mamat tanpa kesulitan dan istriku terpekik sedikit, “huffhfhhhhh…” Lalu, mulai digoyangkannya pinggul pak mamat itu, di hujamkannya senjata itu secara bertubi-tubi ke dalam kemaluan istriku. Sambil terus berusaha berkonsentrasi menghisap kemaluan Pak Bayu, istriku mendesis-desis kenikmatan yang memang sudah berkali-kali tidak didapatkannya karena di-‘tanggung-tanggungkan’ oleh mereka. Sekiranya dalam posisi seperti ini sudah berlangsung cukup lama saya tidak tahu sudah berapa menit tepatnya tetapi menurut saya sekarang waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 21.00 malam. Sudah saatnya bagi Pak Mamat dan Pak Bayu ronda malam ini namun, sepertinya acara ronda mereka akan tertahan karena mereka sedang sibuk me-‘ronda’ tubuh istri saya yang terpampang jelas telanjang di antara mereka. Terlihat sangat sekali tubuh istriku kontras lebih putih di bawah petromax itu ketimbang kedua pria yang sedang menikmati tubuh istriku itu. Saya sendiri melakukan onani lebih cepat lagi karena sudah mendekati puncaknya. Oh nikmat sekali onani di ruang terbuka seperti ini sambil menyaksikan kedua pria sedang menikmati tubuh istriku yang sudah penuh peluh keringat bau sperma dan memar-memar di tubuhnya di malam yang panjang ini. Hingga aku mengalami ejakulasi pertama kalinya di sini. Aku tidak memiliki tissue atau apapun untuk menadah lahar panasku sendiri akhirnya aku hanya menembakkannya ke tanah di dekat situ. Terdengar suara-suara rintihan dari istriku yang sedang di ambang kenikmatan, “ohhh… hmmphhhh…. ssshh…. hufffhhh… hmphhh…” Karena mulutnya masih penuh dengan senjata Pak Bayu, istriku tidak dapat merintih dengan bebas.

Mereka di dalam posisi itu cukup lama, hingga aku mendengar ada suara langkah kaki di belakangku, dan ternyata itu adalah Pak Yono dan Pak Risman yang sudah bersiap-siap ingin mengajak Pak Bayu dan Pak Mamat ronda seperti biasanya. Namun, sepertinya mereka terbelalak melihat apa yang tengah terjadi di sana. Melihat istriku sedang merintih-rintih dihimpit oleh Pak Bayu dan Pak Mamat. Lalu, Pak Yono dan Pak Risman saling tertegun dan saling melihat satu dengan yang lainnya, lalu mereka tersenyum dan tertawa sambil berlari-lari kecil ke arah pondok Pak Bayu. Pak Yono membuka percakapan dengan berkata, “waduhhh… sepertinya ronda malam ini bakal seru nih.” Istriku terkaget dan melepaskan kemaluan Pak Bayu dari mulutnya dan mendorong Pak Mamat dari dalam tubuhnya. Istriku melihat ke arah Pak Yono dan Pak Risman, lalu ia berlari ke dalam rumah Pak Bayu sambil menutup pintu rumah Pak Bayu. Lalu, aku mendengar Pak Bayu berkata kepada Pak Yono, “wah lu no… ganggu aja nih lagi asik juga.” Pak Mamat pun bernada kecewa menimpali, “ah tau nih ga bisa lihat orang seneng apa?” Pak Yono hanya tertawa-tawa dengan Pak Risman sambil berkata, “tenang saja bay, gw sama Risman juga sudah pernah merasakan istrinya Pak Naryo kok.” Pak Bayu dan Pak Mamat terheran-heran, “ha? serius luh? kapan?” Pak Yono berkata sambil mencari-cari istriku di dalam rumah, “cukup lama, yang penting sekarang gimana kalau kita main ramai-ramai aja biar seru.” Pak Mamat berkata dengan sedikit sebal, “yaa… enak di elu dong dua kali dapet kita baru kali ini nih belum tentu ibu Yola mau kalau ramai-ramai gini.” Pak Bayu mengambil inisiatif untuk berdiri dan membuka pintu pondok sambil bertanya kepada istriku, “mah… Pak Yono sama Pak Risman mau ikutan main nih boleh gak?” Istriku di dalam berusaha menutupu tubuh telanjangnya dengan tangannya sambil melihat ke arah Pak Yono dan Pak Risman dia hanya diam saja tidak berkata apapun. Pak Bayu bertanya sekali lagi sambil cengengesan dengan ke-empat pria lainnya, “mah ayo dong mereka nungguin nih abis mamah seksi sih malam ini jadi semua pria pada mau deh.” Istriku akhirnya menjawab, “aku mau pulang saja, kembalikan dasterku.” Lalu Pak Bayu berkata, “aduh jangan dong kan mamah belum puas dari tadi nanti pusing loh. Lagipula apa salahnya mereka ikutan toh mereka juga sudah pernah sama mamah kan?” Istriku melotot ke arah Pak Risman dan Pak Yono sambil berkata dengan nada lirih sedikit ketakutan seperti ingin menangis, “aku mau pulangg saja… tolong kembalikan dasterku…” Pak Bayu seperti memberi tatapan kepada Pak Yono lalu berkata, “ya udah gini aja deh, mamah boleh pilih dua pria dari kita berempat untuk melayani mamah malam ini. Setelah mamah bisa puasin dua pria malam ini maka daster mamah akan kita kembalikan.” Istriku terdiam sambil menatap mereka berempat cukup lama, akhirnya istriku nampak menyetujuinya karena ia mengangguk kecil. Pak Yono berkata sambil tertawa kepada mereka, “ya udah ayo kita undi siapa dua pria beruntung itu.” Istriku dengan mata melotot dan kaget tidak mampu mengeluarkan kata-kata apapun, ia hanya pasrah sambil terengah-engah ia berjalan dan duduk di tepi ranjang Pak Bayu sambil menunggu keempat pria tersebut saling bertaruh siapa yang mendapatkan tubuhnya malam ini.

Pak Yono berkata lagi, “ayo kita undi pake koin saja…” Singkat cerita, pemenang undian itu adalah Pak Mamat dan Pak Yono. Lalu, mereka tertawa keras karena berhasil mendapatkan istriku malam ini. Lalu, Pak Yono dengan cepat beranjak ingin mendekati istriku yang terduduk pasrah sebagai hadiah dari pemenang undian ini. Pak Bayu yang tidak mau kalah melihat istriku yang sepertinya sebal karena diundi. “Yono… Sepertinya Yola tidak mau tuh tampangnya murung gitu. Hm… saya punya ide gimana kalau kita semua buka baju biarkan Yola memilih dua pria di antara kita yang bakal memuaskan Yola malam ini.” Lalu, istriku nampak senang atas keberanian Pak Bayu menolong dirinya, ia melempar senyum kepada Pak Bayu. Dalam waktu singkat mereka semua telah telanjang bulat, lalu Pak Bayu bertanya lagi, “mah, ayo dong dipilih dua pria di antara kita siapa yang menemani mamah malam ini?” Istriku nampak bingung untuk memilih setelah melihat senjata mereka semua, istriku menatap senjata mereka satu per satu dengan teliti, menatap wajah penasaran mereka dengan penuh arti. Akhirnya setelah cukup lama, istriku menunjuk, Pak Bayu dan Pak Risman untuk menemaninya malam ini. Istriku ternyata memilih pria-pria yang memiliki senjata terbesar di antara mereka. Pak Yono dan Pak Mamat lalu menggerutu, “wah curang lu bay, tadi kan sudah menang undian lagian elu kan paling ganteng pasti dipilih lah.” Pak Bayu membela diri, “ini kan kemauan Yola kita harus menghargai dong keinginannya.” Akhirnya, Pak Yono dan Pak Mamat menyerah dan berkata, “ya sudah tapi boleh kan kita menonton kalian di sini?” Pak Bayu lalu menatap istri saya sambil bertanya, “gimana mah?” Istriku diam sambil menatap mereka semua lalu kembali lagi ke Pak Bayu. Dan yang tidak kuduga-duga ternyata, istri saya sambil tertunduk malu menganggukkan kepalanya kepada mereka semua. Mereka semua berteriak, “yeeeyyy!!!” Pak Mamat dan Pak Yono berkata, “kita dapat tontonan gratis, bidadari seksi lagi.” Pak Bayu berkata kepada istri saya, “akan menjadi malam yang panjang buat kamu nih mah.” Istriku nampak pasrah tidak mampu berkata-kata lagi. Pak Bayu menyuruh istri saya, “mah, Pak Risman kan belum maksimal tuh, gimana kalau mamah bantu Pak Risman dulu.” Istriku tanpa disuruh dua kali, ia turun dari ranjang Pak Bayu dan berlutut di depan senjata Pak Risman lalu mulai menjilati dan mengulumnya. Pak Yono berkata, “wah bay, lu mesra amat pakai panggilan mamah-mamah segala?” Istriku terlihat sibuk mengulum menjilati kemaluan Pak Risman tidak memperdulikan perkataan Pak Yono barusan sedangkan Pak Bayu hanya melempar senyum kemenangan kepada Pak Yono sambil menatap istriku yang sudah mulai asik dengan pekerjaan yang diberikannya. Memang sejak awal istriku sudah naik turun libidonya karena tidak diizinkan keluar oleh Pak Bayu seharian ini istriku belum mencapai orgasmenya satu kalipun. Sehingga mungkin saat ini, istriku sangat berharap bisa mengayuh orgasmenya dari kedua pria yang akan menemaninya malam ini agar dapat cepat menyudahi persetubuhan yang melelahkan ini dan pulang ke rumah menemui aku sebagai suami kesepian yang menantikannya di rumah.

Pak Risman mulai mendesah kenikmatan karena senjatanya sedang dikulum oleh bibir seksi istriku ini, “waahhh…. wiihhhh…” begitu kira-kira yang keluar dari mulut Pak Risman. Pak Bayu kemudian melihat aksi ini sudah cukup lama. Pak Bayu duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Pak Risman untuk bertukar posisi dan memposisikan istri saya menungging menghadap ke ranjang sambil bersiam mengulum senjata Pak Bayu. Istriku mengulum senjata Pak Bayu dengan lahap dan nikmat, sementara, Pak Rismah bersiap-siap memposisikan dirinya di belakang istri saya untuk menembus rahimnya. Bless… Istri saya benar-benar terpekik panjang ketika senjata Pak Risman berada di dalam rahimnya, “OOOOOUUUUUGGGGGHHHH……….” Lalu, Pak Bayu beserta Pak Mamat maupun Pak Yono, tertawa keras, “haha…haha…ha…” Istriku tetap melanjutkan ‘tugas’nya untuk mengulum senjata Pak Bayu. Namun, rupanya Pak Risman sangat bernafsu malam ini, ia tidak menunggu lama langsung saja mempercepat irama goyangannya. Istriku megap-megap sambil berusaha mengulum senjata Pak Bayu. Seperti yang kaliang ingat di Part 3. Istri saya tidak dapat berkonsentrasi untuk mengulum kemaluan siapapun ketika Pak Risman sedang membelah rahimnya. Istriku meracau mendesis dan megap-megap, “aahhhhhh…. sssshhhhh…. gi…laaa….” Pak Bayu memakai kesempatan ini untuk menggoda istriku, “gila kenapa mah?” Istriku mendesis lagi, “sssshhhh…. gi…laaa…..” Pak Bayu dan Pak Yono menyahut, “apanya sih yang gila?” Istriku tidak perduli lagi berkata, “bessaa…aaarr…… ooohhhhhh….” Mereka semua tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan istriku itu, “hahahahaa…. haha….” Memang sepertinya di antara mereka yang paling besar senjatanya adalah Pak Risman ini. Lalu, tak seberapa lama sepertinya Pak Risman memang sudah bernafsu sekali, ia segera akan mencapai puncaknya. Pak Risman memberi kode kepada Pak Bayu untuk bertukar posisi. Ketika, senjata Pak Risman dikeluarkan dari rahim istriku, istriku melenguh kecewa, “yaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh………… ssshhh……..” Namun, Pak Bayu dengan cepat menggantikan posisi Pak Risman sedangkan Pak Risman berpindah ke mulut istriku. Tanpa harus disuruh lagi, istriku langsung melahap kemaluan pak risman yang penuh cairan cinta istriku itu sendiri. Tak sampai 3 menit, Pak Risman berteriak, “aaaaaaaaaahhhhhhhhhh……… nikmaaaaaaaattttttttt……” Diletuskannya lahar panas Pak Risman ke dalam mulut istriku hingga tumpah dari mulut istriku mengalir ke dagunya dan jatuh ke lantai. Beberapa dari sperma itu ditelan oleh istriku dan beberapa lagi jatuh dan tumpah di bibir serta dagunya. Setelah itu, Pak Risman nampak kelelahan sepertinya ia tidak dapat melakukan persetubuhan lagi sementara waktu. Sementara itu Pak Bayu yang sedari tadi sedabg memompa istriku memberi kode kepada Pak Risman untuk berbaring di bawah istriku untuk menghisap payu dara istriku secara lahap. Lalu, Pak Risman menuruti saja kemauan Pak Bayu.

Pak Risman memposisikan dirinya di bawah istriku tepat di bawah dadanya, menghisapnya memerasnya memilinnya mengulumnya menariknya. Istriku mendesis keenakan, “ooooohhhhhhhhhh sssshhhhhhhhh….” Lalu sekiranya sudah cukup, Pak Bayu menyuruh Pak Risman menyingkir. Pak Bayu mencabut senjatanya lagi lalu berpindah ke depan istriku untuk menyuruh istriku mengulum senjata Pak Bayu lagi. Istriku kecewa sekali karena ia belum mendapatkan orgasmenya lagi. Namun, Pak Risman beristirahat di pinggir sambil menonton istri saya yang sedang mengulum-ngulum kemaluan Pak Bayu. Nampak istri saya tengah terhanyut lalu, Pak Bayu memberi kode kepada Pak Mamat untuk menggantikan posisi Pak Risman tanpa persetujuan dan sepengetahuan istriku. Mungkin saat itu istriku berpikir itu adalah Pak Risman yang sedang ingin menyetubuhinya lagi ronde kedua. Lalu Pak Mamat memasukkan senjatanya ke dalam kemaluan istriku membelah nya dan menusuknya. Istriku mendesis keenakan, “ooooouughhhh…. ssssshhhh….” Sambil terus menggoyangkan pinggulnya Pak Mamat meremas-remas dada istriku dari belakang. Istriku terus memberikan pelayanan kepada Pak Bayu yang tak kunjung selesai. Tiba-tiba Pak Bayu memberi kode kepada Pak Mamat untuk mempercepat sodokannya. Istriku megap-megap keenakan lagi, “ooooouuuuggghhh sssshhh… ahhhhh…. issshhhhh….. terussshhh …..” Rupanya Pak Mamat yang sedari tadi menonton aksi istriku sebagai bintang filem porno malam ini tidak dapat bertahan lama. Pak Mamat menumpahkan spermanya ke dalam rahim istriku lagi. Istriku berteriak, “jangan di dalammmmm!!!! aduhhhhh!!!” Namun, Pak Mamat tidak perduli malah ia menghujamkan lebih dalam lagi senjatanya sambil berkedut-kedut karena keluar. Istriku tidak menyadari bahwa itu adalah sperma milik Pak Mamat. Lalu, tanpa harus menunggu lama, Pak Yono yang sudah tidak sabar itu menggantikan posisi Pak Mamat, istriku tidak menunjukkan rasa curiga sedikitpun. Hujaman demi hujaman diberikan oleh Pak Yono, remasan demi remasan diberikan oleh Pak Yono untuk memuaskan istriku. Pak Bayu melihat istriku sudah hampir orgasme karena desahannya sudah sangat keras, “aaaaaaaaahhhhhhh…. yaaahhh…. terussshhhhh…. lagi….lagi…..” Lalu, Pak Bayu menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan siapa yang menyetubuhinya, “****** pak yono enak mah?” Istriku menengok kebelakang sambil menatap sayu ke arah Pak Yono, mungkin karena ia benar-benar mengharapkan bisa di puaskan malam ini tidak perduli oleh siapapun, akhirnya istriku mengangguk ke arah Pak Bayu. Pak Bayu kemudian memberi kode kepada Pak Risman lagi untuk meremas dan memilin Payu Dara istriku lagi. Sedangkan Pak Mamat memilin dan meremas payu dara istriku di sisi lain. Istriku benar-benar sudah di ambang kenikmatan, ia tidak perduli lagi dengan dua pria yang harusnya menyetubuhinya malam ini menjadi empat pria di sana. Suasana menjadi sangat hening hanya terdengar rintihan nafsu dari istriku, “ooohhh… shhh… ahhh… issshhh… huffhhh…. hmbpphhhh… yahhhh… iyaahhhh…. ssshhhh….” Keadaan ini berlangsung cukup lama, lalu Pak Bayu memberi kode kepada Pak Yono untuk bertukar posisi, sekarang Pak Yono berada di depan istriku sedangkan Pak Bayu menghujam kemaluannya ke dalam rahim istriku lagi. Istriku mulai mengulum senjata Pak Yono. Tiba-tiba saja Pak Risman sudah kembali keras. Berdiri di samping Pak Yono dan menyodorkan senjatanya ke muka istriku. Pak Mamat mengambil alih kedua payudara istriku. Mungkin karena dorongan yang kuat atas perlakuan ini semua, istriku yang sudah benar-benar bernafsu, ia menggenggam kemaluan Pak Yono dan mengocoknya. Sedangkan kulumannya berpindah ke senjata Pak Risman. Sesekali ia mengganti genggamannya ke arah senjata Pak Risman dan mengulum senjata Pak Yono. Istriku melakukan itu secara bergantian. Lalu, tampaknya istriku benar-benar sudah tidak sadar diri ia akan segera mencapai orgasmenya, kocokannya terhadap Pak Risman dan Pak Yono sudah tidak dapat berkonsentrasi lagi. Pak Bayu sudah mempercepat hujamannya kedalam rahim istriku.

Lalu, tiba-tiba saja ketika istriku akan segera mencapai klimaks, Pak Yono memberi kode kepada Pak Bayu karena Pak Yono meihat wajah istriku akan mencapai klimaks. Pak Bayu langsung melepaskan senjatanya dari rahim istriku. Istriku memelas benar-benar memelas ingin dipuaskan, “massss…. jangannnnnnnnnnnnn………….. ayo dongggggggggg…. aku mohonnnnnnnnnnn………” Mereka semua tertawa mendengar itu. Lalu, Pak Bayu nampak merebahkan dirinya di lantai sambil menyilangkan tangannya di balik kepalanya bersikap seperti arogant. Pak Yono berkata kepada istri saya, “jika kamu ingin dipuaskan maka kamu harus meraihnya sendiri.” Lalu, istri saya menengok ke arah Pak Bayu yang sedang berbaring di lantai, ia merangkak naik ke atas tubuhnya sambil dengan tidak sabar menggenggam senjata Pak Bayu untuk di arahkannya ke liang kewanitaannya sendiri. Bless…. setelah kemaluan Pak Bayu merobek vagina istriku, istriku langsung meracau, “uuuuuuggggghhhhhh….” Tanpa berlama-lama istriku menggoyangkan pinggulnya meremas buah dadanya sendiri sambil memejamkan matanya menghadap ke langit-langit. Posisi istriku kini tegak lurus menghadap ke arah aku mengintip. Aku sangat horny melihat istriku dimabuk kepayang seperti itu. Akhirnya senjataku bereaksi lagi dan bersiap untuk beronani lagi. Namun, tanpa di duga-duga aku mendengar suara langkah kaki dari belakangku, aku buru-buru menghindar untuk bersembunyi. Ternyata itu adalah Pak Nizam! Wah bahaya apakah istriku akan disetubuhi oleh Pak Nizam juga??? Namun, ketika Pak Nizam terkaget-kaget menyaksikan istriku sedang terpejam dan meremas-remas memilin-milin dadanya sendiri dengan terus memejamkan mata dan menengadah ke langit-langit. Namun Pak Nizam tidak mengambil langkah apapun, ia hanya beronani menyaksikan istriku itu. Nampaknya, Pak Nizam belum sadar bahwa di sana ada empat orang pria, karena memang dari posisi Pak Nizam hanya dapat terlihat istriku seperti sedang bermasturbasi sendiri. Lalu, tidak sampai 5 menit Pak Nizam mengeluarkan lahar panasnya. Namun, ia panik karena tangannya tercecer oleh sperma miliknya sendiri. Pak Nizam berlari lagi kembali ke desa mungkin ingin pulang ke rumahnya untuk mencuci tangannya. Sedangkan aku kembali ke dalam posisi mengintip. Dan menyaksikan, istriku sedang dikelilingi oleh Pak Yono, Pak Mamat, dan Pak Risman. Mereka bertiga menyodorkan senjatanya ke arah istriku yang masih terpejam menikmati senjata Pak Bayu di dalam rahimnya. Namun, istriku tersadar bahwa ada tiga senjata yang sedang berada di sekitarnya. Tanpa berpikir dua kali, istriku menggenggam kemaluan Pak Risman dan Pak Mamat karena kebetulan posisi mereka di kanan dan di kiri, serta menghisap kemaluan Pak Yono yang berada di depannya persis.

Rintihan demi rintihan terdengar, “hmmmphhh…. huffhfhhh…. sshhhmmm….. ssshhhmmmm…. hmppffhh…” Karena mulutnya di jejali senjata sangat sulit untuk merintih. Darahku berdesir dengan sangat kencang, jantungku berdegup kencang sekali, nafsuku meningkat secara drastis karena menyaksikan perbuatan mereka kepada istriku. Tangan istriku sibuk mengocok kemaluan Pak Mamat dan Pak Risman, mulut istriku sesak karena dijejali kemaluan Pak Yono, liang senggama istriku dipenuhi oleh kemaluan Pak Bayu. Semua hal ini membuat aku sangat bernafsu, aku mengocok kemaluanku sendiri dengan sangat cepat. Sambil aku berkata kepada diriku sendiri, “ohhh… istriku apakah kamu sesak dengan semua senjata-senjata perkasa itu di sekitarmu? ohh… apakah kalian semua puas menerima ‘pelayanan’ istimewa dari istriku yang seksi itu? ohhh… apakah ‘pelayanan’ istriku memuaskan kalian semua? ohh… apakah istriku benar-benar ingin dipuaskan oleh kalian semua sekaligus?” Semua perkataan kepada diriku itu membuat aku sangat bernafsu. Suara nafsu dari mereka semua pun mulai terdengar, mereka semua tak henti-hentinya juga memuji-muji istriku, “enak sekali kocokanmu sayang….”, “ibu terlihat sangat seksi sekali di posisi ini….”, “dik Yola kamu wanita yang terhebat yang pernah aku rasakan”, “mahhh… kamu seksi sekali malam ini mahhhh… mereka semua menyukaimu….” Istriku nampak semakin membara nafsunya setelah dipuji-puji oleh mereka berulang-ulang, “cantik, seksi, horny, bidadari, tubuh indah, pelayanan bagus, permainan hebat….” Aku sudah tidak dapat membedakan lagi suara-suara siapa itu, “ohhhh…. mantapppp…. enakkkkkk… terussshhhh…. ssshhhhh…. ougghhhh…. hmbppphhhh…. huffhhhh…… enakkkkk…. terusss….. lagi….” Saya sendiri memuji-muji istriku dari sini, “istriku kamu hebat sekali bisa memuaskan mereka semua…. apakah kamu puas sayang? apakah kamu ingin mereka menyemburkan spermanya ke seluruh tubuhmu itu?” Pak Bayu memberikan pengarahan terakhir kepada mereka, “ayooo…. mahhhhh… kita semua keluarkan secara berbarengan…. siapppp…. ohhh….” Terlihat istriku semakin cepat mengocok kemaluan mereka semua, mulutnya semakin cepat keluar masuk dari senjata Pak Yono. Tangan-tangan pria itu membelai rambut istriku, meremas dan memilin dada istriku dengan kasar dan gemas. Mengusap-ngusap lembut punggung dan bahu istriku. Gerakan mereka semua sudah berantakan dan sangat cepat seperti gempa bumi lokal atau bahkan seperti orang sedang mengadakan ritual dan kesetanan. Terus…. terusss…. begitu kataku. Ohhhh…. Namun, hal yang ditunggu-tunggu oleh kita semua termasuk saya, Pak Risman, “ohhhhhhhh……..” menyemburkan spermanya terlebih dahulu menembak ke arah rambut dan pipi istriku dan di arahkan turun ke arah bahu serta payu dara istriku. Lalu Pak Yono nampak juga telah mencapai klimaksnya, “dik Yolaaaaaaaaaaaaa…………” tumpah di dalam mulut istriku dan tercecer ke dahu hingga ke perut Pak Bayu. Pak Mamat, “ibu memang seksiiiiiiii…. dan cantik…….” disemburkannya ke arah pipi dan rambut sisi kanan bahu serta payu dara kanan istriku. Istriku nampak mencapai orgasmenya juga tetapi ia tersedak dengan sperma di dalam mulutnya yang belum sempat ia telan. Istriku menjerit, “AOHGHGHGOGH… UUGGHGHHHHH…. ” Seperti orang gelagapan karena ada air di mulutnya. Pak Bayu pun bersamaan dengan istriku, “OHHHHHHHHHHHHHHHHHH…………” Ditumpahkannya di dalam rahim istriku. Akupun telah mencapai ejakulasiku dan mencecer spermaku ke semak-semak di sekitar situ. Istriku menengadah ke atas sambil berteriak, “GILAAAAAAAAAAAA………. AKU PUASSSSSSSSSSSSS……SEKALI….” Apakah ini yang dinamakan multi-orgasme? Karena istriku sudah seharian tertahan tidak bisa mencapai orgasmenya karena Pak Bayu, nampak istriku meledak-ledak orgasmenya kali ini. Lagi-lagi istriku berteriak, “ENAKKKKKKKKKKK……………. NGEEEEEEEEHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……………”

Setelah itu istriku ambruk seambruk-ambruknya di atas tubuh Pak Bayu. Aku melihat istriku nampak tidak bergerak sama sekali di atas tubuh Pak Bayu. Sedangkan Pak Yono, Pak Risman, Pak Mamat sedang terkulai lemas di pinggir ruangan. Mereka terengah-engah dan berada dalam posisi itu cukup lama. Akupun hanya bisa menyaksikan mereka beristirahat. Lama sekali istriku tidak kunjung bergerak dari posisi itu. Aku tidak tahu saat ini sudah pukul berapa, karena aku tidak dapat menemukan jam di manapun di sini. Hingga akhirnya Pak Bayu menggeser tubuh telanjang istriku dari atas tubuhnya diletakkan di sampingnya. Nampak istriku tidak bergerak dan benar-benar lemas sekali, apakah ia pingsan? atau hanya tertidur? Aku sangat kahwatir dari posisi ini aku benar-benar tidak dapat melakukan apapun. Pak Bayu akhirnya membuka perkataan pertama kalinya, “wah… kayaknya tertidur nih… kecapean…” Mereka semua cuma tersenyum-senyum saja sambil terengah-engah. Akhirnya, saya melihat mereka semua mulai berpakaian, beberapa di antaranya mengambil air dari teko dan minum. Mereka membiarkan istri saya tertidur begitu saja di lantai yang dingin. Setelah semua berpakaian lengkap, mereka mengangkat tubuh telanjang istri saya untuk di baringkan di atas ranjang. Istri saya nampak tidak bergerak sama sekali, ia benar-benar kelelahan atas persetubuhan kali ini. Aku melihat mereka tertawa-tawa menyaksikan tubuh telanjang istriku yang tidak berdaya ini. Lalu, Pak Yono meminta izin kepada mereka semua, “sudah nih kayaknya pesta malam ini, kapan-kapan lagi yah? ajak-ajak lu bay jangan main sendirian. saya pamit pulang dulu yah. suaminya dikabarin tuh bay kalau istrinya menginap malam ini hahahaha….” begitu kira-kira ejekan Pak Yono. Lalu Pak Mamatpun turut berkata, “saya juga pamit deh mau ronda, bahaya nanti diomelin warga.” Pak Risman pun mengikuti mereka untuk keluar. Namun, sebelum mereka semua beranjak pergi, istriku seperti mengatakan sesuatu, “p…puu…laanggg…. antar aku pulang…. mas” Pak Bayu berkata, “memangnya mamah kuat jalan?” Istriku berkata lagi, “to…long… mass… aku… harus pulangg….” Sepertinya istriku berusaha bangkit dengan tubuh lemasnya tetapi tidak mampu sama sekali, ia benar-benar lemas. Jika saja aku bisa memeritahukan istriku, aku mengizinkan istriku untuk tidur di sana malam ini, aku tidak akan marah ketimbang ia harus bersusah payah seperti itu untuk pulang. Aku tidak ingin membahayakan istriku. Namun dengan terus berusaha bangkit istriku ingin pulang ke rumah. Akhirnya Pak Bayu berkata, “baiklah akan saya gendong kamu mah untuk pulang…” Tubuh telanjang istriku diangkatnya, dan mereka memakaikan daster istriku lalu menggendong istriku beramai-ramai ke arah rumahku. Sebelum mereka sampai di rumah aku buru-buru berlari untuk menyalakan lampu rumah dan harus segera bersembunyi.

Sesampainya aku di rumah, saya langsung melihat jam dinding di rumahku dan terkaget-kaget ternyata sekarang sudah jam 2 Pagi. Berapa lamakah persetubuhan itu berlangsung? Akhirnya beberapa menit kemudian, rombongan mereka menggotong istriku telah sampai di depan pagar. Tetapi ada yang aneh, loh? Ke mana daster istriku??? Daster istriku bukannya tadi dipakaikan oleh mereka? Mereka membuka pagar dengan kunci yang di bawa oleh istriku. Tetapi aku lupa bahwa pintu depan tadi aku grendel jadi mereka tidak bisa masuk. Sambil berjingkat-jingkat mereka berjalan agar aku tidak terbangun karena mungkin mereka berpikir aku sedang tidur. Istriku dengan tubuh telanjangnya dibaringkan oleh mereka di bangku teras halaman rumah. Lalu mereka menutupi tubuh telanjang istriku dengan dasternya. Ternyata daster itu basah kuyup atas keringet dan sperma istriku sepertinya. Maka dari itu mereka membuka daster istriku agar tidak masuk angin. Namun sekarang istriku terpaksa harus berbaring di halaman karena tidak dapat masuk. Aku akan menunggu mereka pergi baru aku menjemput istriku di depan sana. Cukup lama aku menunggu mereka pergi, malah Pak Mamat berkata “biar saya jaga ibu yola di sini aja apa? kasihan kan?” Tetapi Pak Bayu berkata, “bahaya mat nanti Mas Naryo bangun kita repot” Pak Yono pun bingung harus berbuat apa, “tapi kita tidak bisa membiarkan dia di sini bay.” Pak Bayu berkata lagi, “begini saja, kita ronda sesekali kita kembali melihat ke sini, untuk memastikan saja bahwa Yola aman.” Akhirnya mereka semua pergi, akupun dengan segera membawa istriku masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rumahku kembali. Dari posisi ini, aku dapat melihat dengan jelas, tubuh istriku bau sperma sangat pekat dan kuat. Di rambut istriku berceceran sperma-sperma pria-pria brengsek itu. Dada istriku memar-memar seperti bekas gigitan. Pantat istriku merah padam karena lilin dan tamparan-tamparan. Punggung istriku nampak seperti bercak-bercak merah karena tetesan lilin. Di dada istriku terdapat sperma yang sudah mengering. Mulut istriku juga terlihat adanya sperma yang mengering di sana. Vagina istriku nampak hancur berantakan, jika aku buka nampak seperti vagina itu melebar, dan banyak sekali cairan di sekitar situ yang sudah mengering. Bulu-bulu kemaluannya juga sudah tercecer sperma tidak karuan. Aku membiarkan istriku beristirahat di bangku bambu malam ini sambil memberikannya selimut dan bantal untuk menutupi tubuh telanjangnya. Daster istriku diletakkan di sebelahnya. Baunya pekat sekali percampuran antara keringat dan sperma.

Keesokan paginya istriku tidak pergi ke toko di kota, ia benar-benar terkapar lemas hingga jam 12 siang. Aku berpura-pura belum bangun di dalam kamar. Aku mendengar istriku terbangun, ia berjalan secara perlahan ke dalam kamar untuk mengambil daster baru serta handuknya. Lalu ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Layaknya seorang suami harusnya menceraikan istri yang sudah seperti ini. Tetapi saya, sangat mencintai istri saya, saya tidak bertanya ataupun berkata apapun kepada istri saya tentang semalam. Saya bersikap biasa saja terhadap istri saya seolah-olah tidak terjadi apapun. Istriku tampak ceria sekali hari itu mungkin karena ini pertama kalinya ia berhasil mendapatkan multi-orgasme. Saya ingin mendukung apapun yang ia lakukan jika ia pikir itu benar dan membuatnya bahagia. Maka aku tidak akan pernah menceraikannya, melainkan berusaha memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung selama ia dapat ter-‘puaskan’ secara lahir dan batin. Aku ingin istriku, Yola, bahagia. Aku cinta kamu Yola, selamanya

Leave a comment